My Step Brother.
” Apa dan bagaimana siapapun
yang hadir dalam hidup kita, entah begitu kelamnya sejarah yang ia
miliki, bukan kita yang pantes mengatakan ia baik/buruk. hanya Tuhan
yang menilai dan waktu yang membuktikan akan jadi apa ia dalam hidup
kita sebagai takdir”
Agnes Davonar
Aku adalah seseorang yang bebas melakukan apapun yang aku sukai.
Kuliah di luar negeri, berfoya-foya di saat malam minggu dan menikmati
masa mudaku sebagai laki-laki tanpa harus peduli bagaimana aku
memikirkan masa depanku. Semua kulalui dengan baik-baik saja sampai
akhirnya, hidupku serasa berhenti ketika semua kebutuhan dan
kesenanganku hilang. Tidak ada lagi uang di ATM pribadiku, tagihan kartu
kredit membengkak dan uang kuliah belum terbayar. Tidak seperti
biasanya, ayah akan mengirimkan uang kepadaku, tapi tiba-tiba tanpa
alasan semua ia hentikan.
Karena mustahil bagiku hidup diluar negeri dengan dompet kosong, aku
memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan mencari tau mengapa semua
kebutuhanku lenyap begitu saja. Aku ingin marah pada ayah, ia
mencampakan aku begitu saja tanpa sebab. Saat aku pulang ke rumah,
bukan ayah yang kutemui tetapi malah dua orang yang asing bagiku.
Seorang wanita paruh baya dan anaknya. Mereka seperti mengenalku, tapi
aku tidak mengenal mereka. Wanita itu menjelaskan bahwa ia adalah istri
ayahku dan anaknya adalah adikku.
Ibu memang sudah meninggal sejak aku kecil. Tapi selama ini, yang aku
tau. Ayah tidak pernah menikah lagi. Tapi ternyata ia mampu
menyembuyikan dariku selama 18 tahun dengan wanita itu sampai melahirkan
adik tiriku bernama Hendra 3 tahun lebih muda dariku. Saat aku pindah
kuliah ke luar negeri, ayah membawa mereka untuk tinggal dirumah. Lalu
pertanyaanku? Dimana ayah? Mengapa hanya ada mereka dalam rumahku.
“ Chandra, ayahmu sudah sejak tiga tahun lalu gak pulang-pulang..
tante juga gak tau kemana ayah kamu.. ia memang mengirimkan uang ke kami
tapi sama seperti kamu sejak beberapa bulan terakhir dia gak kasih
apa-apa ? untuk menyambung hidup kami hanya mengadarkan tabungan ”
jelasnya padaku.
Mendengar cerita ibu tiriku, sepertinya aku tau. Ada masalah besar
dalam keluargaku. Ayah melarikan diri dari keluarga untuk alasan yang
tidak aku mengerti, bisa saja ia bangkrut atau mungkina da wanita lain.
Aku kecewa dengan sikap ayah yang tidak bertanggung jawab. Hidupku
seperti berubah 180 derajat ditambah dengan dua orang asing yang tinggal
serumah denganku. Aku mencoba beradaptasi dengan makanan sederhana,
adik tiri yang tampak gemulai dan lemah. Tapi kadang ia berguna juga
saat aku menyuruhnya melakukan perkerjaan seperti membersihkan kamar dan
membeli apa saja yang aku mau.
Waktu berjalan, suatu hari aku bertengkar hebat dengan Hendra hanya
karena masalah sepele. Aku menyuruhnya untuk membeli rokok di warung,
tapi ia tidak kembali setelah aku menunggu dua jam lamanya. Aku menjadi
marah saat melihatnya pulang tanpa membawa rokok yang kuinginkan.
“ gua suruh loe beli rokok, bukan suruh loe jalan-jalan.. kenapa baru
sekarang loe balik.. uda 2 jam..!! terus rokok yang gua suruh beli pun
gak ada?”
“ tadi.. gue uda beli tapi..”
“ tapi kenapa?”
“ gua di todong sama anak jalanan..”
Mendengar Hendra ditodong oleh anak-anak jalanan sekitar komplek, aku
menjadi marah. Lalu aku memaksanya untuk mengantarkan aku mencari
anak-anak itu. Aku berhasil menemukan anak-anak jalanan ini dan
berkelahi dengan mereka. Saat aku merasa menang dalam perkelahian itu,
tiba-tiba satu diantara anak-anak itu mulai mengambil kayu padat dan
mencoba menghajarku di belakang badan, Hendra berlari melindungiku,
badannya terhantam kayu padat dan tiba-tiba ia tergeretak jatuh pingsan
dengan mulut mengeluarkan darah segar. Mereka semua lari melihat
kejadian itu dan aku langsung membawa Hendra ke rumah sakit.
Beberapa saat kemudian ibu tiriku tiba di rumah sakit. Aku bercerita
semua kejadian itu dan ia marah padaku. Aku hanya terdiam dan merasa
bersalah. Hendra jadi seperti ini karenaku. Ibu bukan marah karena
masalah ribut bersama anak-anak jalanan tapi ada hal lain. Aku jadi tau,
mengapa Hendra begitu lemah dan terlihat tak seperti diriku yang kuat.
“ adikmu itu sejak kecil mengalami gagal jantung.. ia tidak boleh
terlalu lelah dan ayahmu sudah mencoba banyak hal untuk menyembuhkan
tapi gagal.. selamanya ia akan seperti itu..ditambah dengan kejadian
hari ini.. tante jadi takut..”
Aku terdiam, merasa bersalah. Andai saja aku tau lebih banyak tentang
penyakitnya, mungkin aku tidak akan membuat kejadian seperti tadi
terjadi. Nasi telah menjadi bubur, Hendra dirawat beberapa hari sampai
Dokter menyatakan ia boleh dipulangkan. Aku beruntung, ia bisa melewati
masa kritis dan bangkit walau hal pahit harus dikatakan oleh dokter.
“ Umur Hendra tidak dapat diprediksi, hanya Tuhan yang tau bagaiaman
ia akan terus hidup, tapi saya boleh katakan jantungnya hanya berfungsi
30 persen dengan baik..”
Ibu tiriku sepertiku sudah kuat menerima keputusan vonis itu. Ia
hanya mencoba bersabar. Saat Hendra bangun, aku mendekatinya. Ia
menatapku.
“ loe kenapa gak bilang kalau loe sakit..?”
“ gapapa.. lagian sakit ini Cuma di dalam.. gak perlu dicerita-cerita.. “
“ kenapa loe ngelindungi gua,, padahal gua kan suka jahat sama loe..”
“ hm.. kita kan saudara.. sampai mati pun kita tetap saudara.. hal yang gak akan bisa diubah oleh apapun..”
Aku tersentuh oleh kata-kata terakhirnya, ia sepertinya tidak marah
padaku walau sikap dan caraku padanya selalu tidak baik. Setelah dirasa
cukup sehat. Hendra pun diizinkan pulang. Mulai saat itu aku bertekad
menjadi kakak yang baik, walau aku tau. Ia hanya adik tiriku. Tapi ia
adalah orang yang ditakdirkan memiliki darah yang sama denganku. Ayah
yang sama dengaku dan perjuangan hidup yang sama denganku. Aku
memutuskan untuk bekerja freelance sebagai desain grafik sesuai
keahalian kuliahku. Aku hanya ingin Menabung untuk mencoba mandiri.
Tidak enak hati bagiku untuk meminta dengan ibu tiriku, sebab tentunya
ia harus membiayai pengobatan Hendra yang mahal dari tabungannya.
Keadaan Hendra tak kunjung membaik, ia mulai sering merasa pusing dan
lemas begitu saja. Ibu dan aku hendak merayakan hari ulang tahunnya ke
18. Dengan makan keluarga kecil, aku berharap ia bahagia saat itu. Aku
memberikan kado kecil buku motivasi. Kami merayakan dengan bahagia dan
permintaan ulang tahunnya kepada Tuhan pun sangat sederhana.
“ Rahasia..” katanya padaku dan ibu yang diam seribu bahasa.
Usai perayaan kecil, Malam itu Hendra membaca di teras rumah, aku mendekatinya. Ia melihatku dan berkata.
“ hidup gue gak lama lagi..?” dengan nada putus asa.
“ kenapa bilang begitu?”
“ gua lebih tau gimana hidup gua, karena penyakit itu ada di tubuh gua.?”
“ terus.. loe merasa putus asa gitu aja?” kataku.
Ia terdiam, melempar buku motivasi yang kuberikan padanya.
“ gua gak butuh buku ini, gua cuma pengen satu hal dalam hidup gua sebelum mati..?”
Aku marah dan kesal melihat sikap Hendra yang membicarakan kematian..
“ Ok!! Loe mau apa? “
“ gua mau ketemu bapak..?” katanya singkat..
Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa. Permintaan sederhana yang
sesungguhnya aku sendiri tidak akan bisa menjawabnya sebab sampai detik
ini aku tidak pernah dimana ayah kami berada.
“ buat apa ketemu dia?” tanyaku
“ gua pengen dia tau. 3 tahun gua gak pernah liat dia, sejak kecil
pun dia selalu sibuk sampai jarang ngeliat gua. Gua Cuma takut, kalau
gua mati tanpa ngeliat dia, gua gak akan mati dengan bahagia.. gua gak
ikhlas..”
“ Cuma itu yang bisa bikin loe bahagia, ketemu bapak? Bener Cuma itu aja..”
“ Asal loe tau.. permintaan gua rahasia tadi Cuma itu. Bahagia sebelum mati ketemu bapak..”
Hendra menangis, sepertinya aku tau. Itulah harapan terakhir dalam
hidupnya dalam keputus asaan. Malam setelah pembicaraan itu, aku
memutuskan untuk mencari ayah melalui saudara-saudara ayah. Entah
mengapa aku begitu ingin memenuhi keinginan Hendra. Merasa bahwa
naluriku mengatakan hidupnya tak lama lagi, aku tidak ingin merasa
bersalah dalam hidupku menyebabkan orang yang telah melindungiku
sekaligus adikku tidak bahagia sebelum ia pergi dalam hidupku.
Aku berhasil mencari tau keberadaan ayah walau tanpa kepastian, ia
ada di kota Surabaya tepatnya di rumah bibiku yang pernah aku singgah
saat lebaran waktu kecil. Aku pun bercerita kepada Hendra. Ia terlihat
senang dengan ideku untuk membawanya bertemu dengan ayah. Tapi kami juga
sadar, ibu tidak akan pernah mengizinkan kami pergi, apalagi dengan
keadaan Hendra yang seperti saat ini. Masalah lain, Hendra trauma naik
pesawat terbang karena pernah nyaris mengalami kecelakaan sehingga ia
tidak akan pernah bisa naik pesawat terbang, bila ia dipaksa naik
pesawat terbang dan ketakutan malah akan membuat nyawanya terancam.
“ kita bakal pergi dari rumah ini, berdua aja. Diem-diem tanpa ibu
tau.. gua bakal sewa mobil. Kita backpacker dari Jakarta ke Surabaya..
setuju?”
Hendra menyukai ide gilaku. Aku mulai merecanakan semua yang akan
kami lakukan, menyewa mobil dari rentainer dan menyiapkan semua uang
tabungan yang kumiliki. Kami pergi di malam hari saat ibu tertidur.
Sampai saatnya tiba rencana itu kami lakukan, Hendra meninggalkan surat
terakhir kepada ibu.
“ ibu aku pergi mencari ayah bersama
kakak, terima kasih sudah menjaga dan merawatku sejak kecil., aku harus
mencari ayah, karena inilah tugas terakhir dalam hidupku.. andai Tuhan
memberikan kesempatan panjang aku untuk bertahan hidup.. aku akan
kembali meminta maaf kepada ibu. Selamat tinggal ibu.”
Ibu menemukan surat itu di pagi hari disaat ia hendak memberikan
Hendra obat, ibu hanya bisa menangis dan kami sudah melakukan perjalanan
mencari ayah, melewati jalanan besar sepanjang pulau jawa.
Mencari kebahagiaan dengan menemukan ayah sebagai hal terakhir dalam hidup adikku, Hendra.
***
Kami menempuh perjalanan jauh dengan mobil, Hendra begitu menikmati
perjalanan. Ia membuka jendela mobil dan merasakan angin yang
berterbangan di udara. Ia tersenyum dan aku bertanya padanya.
“ emangnya sejak kecil loe sama nyokap bokap gak pernah jalan jalan ya?”
“ sejak kecil, sejak tau gue punya kelainan jantung, hidup gua cuma
di rumah dan bolak balik rumah sakit.. gak bisa jalan jauh.. lagian mau
kemana? Naik pesawat aja gak boleh..”
“ selama ini.. loe tau gak sih kalau loe tuh punya saudara tiri..”
“enggak.. gak sempat kepikiran..”
“ sama.. gua juga gak nyangka bapak diem-diem ama nyokap loe.. tapi
ya akhirnya gua jadi tau.. gua gak sendirian di dunia ini.. punya adik
juga. Walau..”
“ walau kenapa?”
“ walau nyebelin pas ngeliat loe.. tapi gua baru sadar.. loe itu adik gua.. “
Hendra tersenyum karena hari sudah larut malam. Kami menginap di
sebuah hotel. Disamping hotel kami terdapat tempat diskotik. Lampu
diskotik menyala terang sampai kamar hotel kami dilantai 2. Hendra
memperhatikan jendela kamar hotel. Lalu bertanya padaku, mengapa tempat
itu begitu ramai.
“ itu kan diskotik? Emang loe gak pernah kesana..”
“ belum.. “ katanya.
“ jangan bilang loe mau kesana?”
“ mau.. “ katanya dan aku terkejut.
“ seumur hidup gua, gua gak pernah ke tempat gituan. Gua gak mau mati tanpa pernah ngerasain pergi kesana… anterin gua kesana..”
Mendengar kalimat terakhirnya, aku jadi tak bisa melarangnya. Aku
memastikan Hendra sudah minum obat sebelum kesana, Untungnya aku sudah
membawa semua obat-obat Hendra sehingga selama perjalanan kondisinya
terjaga. Saat masuk ke dalam diskotik, aku sudah terbiasa dengan suasana
berisik tapi Hendra tidak begitu. Ia mencoba menikmati, tanpa kami
sadari, diskotik itu ternyata menyajikan tarian striptis. Saat aku
merasa penari stripis cantik itu menggodaku, aku kesal dan pergi. Aku
menarik Hendra yang memperhatikan adegan itu. Hendra bertahan, dengan
kesal aku menariknya keluar. Hendra tampak marah padaku, dan
mempertanyakan kenapa aku menariknya keluar.
“ loe gak boleh nonton gitu-gituan..!!”
“ gua uda gede.. gak salah kan.. lagian itu akan acara utama diskotik disini..”
“ itu bukan acara.. itu gak bener.. kita balik, tidur. Besok masih mau lanjutin perjalanan..”
“ gak mau.. gua masih mau liat..”
“ loe gila ya..dengerin gua dan balik hotel “ aku menarik tangan Hendra, ia marah tapi tak bisa melawan kehendakku.
Malam itu kami tidur tapi Hendra masih marah dan tidak menjawab
beberapa pertanyaanku. Aku terbangun di malam hari. Ia tampak kedinginan
dan aku menutupi selimut ke tubuhnya yang kedinginan. Alasanku untuk
tidak membiarkan Hendra menonton tarian erotis itu karena aku sadar, ia
adalah adikku, walau tidak adil sebab aku pernah menontonnya di luar
negeri. Tapi ada perasaan di hatiku untuk tidak membiarkan adikku jatuh
ke hal buruk seperti yang aku lakukan dulu.
Saat aku terbangun di pagi hari, Hendra sudah tak ada dikamar. Aku
panik dan berpikir ia melarikan diri dariku. Aku berlari menuruni lobby
dan menemukan ia sedang berbicara dengan seorang perempuan. Hendra
menyapaku dan mengatakan bahwa perempuan bernama Angel ini ingin ikut
menumpang dengan mobil kita sampai di luar kota. Tapi dari pakaian dan
dandanan yang dipakai Angel, aku ingat dengan wajahnya, ia adalah penari
striptis yang menggodaku semalam. Aku menarik tangan hendra dan bicara
empat mata dengannya.
“ ngapain loe bawa perempuan kayak gitu ikut perjalanan kita..”
“ dia Cuma mau numpang sampai kita keluar kota sini dan mau pulang katanya. Emang salah?”
“ ya salahlah! Loe liat dia dari ujung kepala sampai kaki, itu cewek gak bener! Gua gak sudi..”
“ kakak jangan asal nuduh gitu, dia baik kok. Sopan.. “
Angel tiba-tiba muncul dihadapan kami, mempertanyakan izin menumpangnya. Hendra menjawab
“ kakakku izinin, nanti setelah kami beres-beres kita berangkat..”
Aku tidak bisa berkata apa-apa. Hendra terlalu kecil untuk membedakan
mana yang namanya perempuan baik-baik dan tidak. Ia pernah bercerita
padaku, bahwa ia tidak pernah dekat dengan perempuan selain dengan ibu.
Akhirnya, kami bertiga melakukan perjalanan. Sepanjang perjalanan aku
hanya diam, tapi Hendra dan Angel tampak begitu akrab. Mereka bicara
panjang lebar dan membahas apa saja yang tak pernah habis dibahas
tentang dunia yang membosankan bagiku.
Kami berhenti di toilet umum. Aku menunggu di mobil karena Hendra ingin buang air kecil. Saat di mobil, aku bicara pada Angel.
“ Maaf Angel, adik gua mungkin masih terlalu lugu untuk terhadap
perempuan.. jadi kalau bisa gua minta jangan bahas yang topik dewasa..”
“ oo ok.. adik loe baik,. Cuma loe agak pendiam..”
“ gua diam karena gua tau siapa loe.. “ kataku jutek.
Angel terdiam sepertinya ia paham aku tidak menyukainya bersama kami.
Hendra kembali dan kami melakukan perjalanan sambil makan siang. Entah
mengapa Angel tiba-tiba memiliki alasan bahwa ia tidak bisa pulang ke
rumah karena orang tuanya sedang ada keperluan mendadak. Ia malah
meminta Hendra izin untuk ikut sampai ke kota Surabaya untuk menemui
sahabatnya. Aku menarik Hendra untuk bicara dan jauh dari angel. Aku
menolak dan Hendra langsung memprotes sikapku,
“ Kak, kenapa sih loe jahat banget sama dia, kalau dia kenapa-kenapa kita tinggalin di kota. Siapa yang mau tanggung jawab..”
“ loe itu lugu atau tolol sih, orang kayak gitu. Banyak cara buat bikin siapapun ikutin mau dia..”
“ maksud kakak apa sih? Emang salah kalau dia ikut kita..”
“ dia itu pelacur, penari striptis di diskotik! Loe gak bisa liat
dari pakaian sama muka dia.. mana ada cewek baik-baik pakai baju seksi
dan dandan menor gitu!!”
“ kakak keterlaluan…!!”
Hendra pergi meninggalkan aku saat itu juga, ia duduk bersama Angel.
Aku merasa kesal dengan apa yang terjadi. Aku takut, Hendra jatuh hati
pada keluguan dan pengaruh Angel. sebelum kami naik ke dalam mobil ia
berkata padaku.
“ loe ingin gua bahagia kan? Ini kan tujuan perjalanan kita.! Kalau gitu jangan larang Angel..”
“ terserah apa mau loe.. tapi tanggung sendiri akibatnya dan gua harap loe gak suka sama dia!!”
Hendra tidak menjawab. Sepanjang perjalanan kami terdiam dan Angel
berpura-pura tertidur di bangku belakang mobil. Akhirnya malam tiba saat
kami tiba di kota persinggahan. Hendra tidur bersamaku dan Angel dengan
terpaksa kami sewakan kamar lain. Saat kami tertidur tiba-tiba Angel
mengetuk pintu kami. Kami membuka pintu dan ia langsung masuk dengan
wajah ketakutan. Terjadi keributan, beberapa orang dengan badan kekar
muncul di hotel. Angel panik, aku dan Hendra bingung dengan kejadian
itu.
“ kita harus pergi.. pergi sekarang juga.. soalnya ada orang yang mau cari gue..”
“ itukan urusan loe.. kenapa kita harus ikut2an masalah loe..”
Angel ketakutan, Hendra mendekatinya mencoba menenangkannya. Pintu
kami diketuk dengan kencang. Pria-pria kekar yang mencari Angel memaksa
masuk.
“ itu mereka tolong gua, dia mau nangkap gua untuk kerja di diskotik lagi..”
“ kak, kalau loe gak punya hati buat bantuin Angel, biar gua aja yang bantuin dia..”
Pintu terbuka pria-pria itu berhasil masuk dan langsung ingin
menangkap Angel. Hendra melindungi dan berkelahi tanpa imbang. Melihat
kejadian itu aku mengambil bangku dan melempar ketiga orang itu.
Berkelahi dengan apa saja. sampai akhirnya Angel memukul satu diantara
yang lain dengan botol kaca hiasan. Yang lain mencoba menolong dan aku
mengambil botol lain untuk melempar kedua orang itu sambil mencoba kabur
menuju mobil. Kami berhasil menjalankan mobil meninggalkan mereka.
Angel bercerita dalam perjalanan bahwa ia hanyalah korban dari
penipuan yang terjerumus dalam dunia malam sebagai penari striptis.
Sejak awal Angel sadar bahwa pria-pria itu akan mencarinya sehingga ia
memilih tidak tiba di rumahnya dan mencari alasan untuk ikut dengan
kami. Sekarang kami menjadi terlibat dalam masalahnya. Hendra akhirnya
tau siapa Angel, tadinya aku pikir ia akan berubah pikiran terhadap
Angel dengan perkerjaan yang ia lakukan tapi aku harus mengakui bahwa
hati adikku terlalu tulus.
“ apapun perkerjaan yang loe lakukan, setidaknya di hati kecil loe
gak pernah mau seperti itu, loe hanya korban.. kita gak seharusnya
menghakimi loe bersalah dan buruk.. Cuma Tuhan yang pantes menilai..”
Hendra mungkin benar, akhirnya hati kecil pun merasa iba. Menyadari
bahwa kesalahan terbesarku adalah merendahkan perkerjaan Angel dan
menganggapnya Hina. Tapi Hendra, ia mengajarkanku untuk lebih menghargai
orang lain dengan tulus. Satu hal yang terjadi dari masalah ini adalah,
Obat-obat Hendra, hendphone dan uangku tertinggal di Hotel. Ia mulai
tampak lemah dan lelah. Tertidur di belakang mobil bersama Angel
disampingnya. Wajah kami berantakan dengan luka memar dimana-mana. Malam
pun kami lalui sepanjang perjalanan hingga menunggu tiba waktunya kami
bisa melewati hari menyeramkan hari ini.
***
Kami tiba di kota selanjutnya. Hendra terlalu lelah untuk melanjutkan
perjalanan. Kami pun berhenti untuk beristirahat berharap pengejar kami
tidak mengikuti. Hendra beristirahat di hotel. Aku dan Angel bicara.
Kami tidak memiliki uang sama sekali, Angel menawarkan uangnya untuk
membayar. Aku menjelaskan kepadanya sebenarnya keadaan Hendra yang
membuat Angel terkejut. Ia tidak menyangka Hendra memiliki penyakit
separah itu.
“ gua gak tau kapan dia pergi dari hidup gua.. gua cuma mau dia bahagia disaat-saat terakhir hidup dia..”
“ gak seharusnya gua bikin kalian terlibat dalam masalah gua..”
“ kita uda terlajur terlibat. Gua mau cari apotik buat beli obat dulu
kalau bolehm gua mau pinjem duit loe dulu.. jagaian dia untuk sementara
waktu ya..”
Angel melepaskan kalung emas dan perhiasan yang ia kenakan.
“ pakai ini dan jual aja supaya bisa beli obat..”
Aku berterima kasih pada kebaikan Angel, ia juga bersedia menjaga
Hendra saat aku mencari obat di apotik disekitar kota ini. Angel menatap
wajah Hendra mengobati perlahan luka memarnya dengan obat merah. Hendra
terbangun. Angel menjelaskan kepada Hendra bahwa aku sedang pergi
mencari obat.
“ kakak loe sayang banget sama loe.. loe beruntung ya, punya orang yang peduli, gak kayak gua..”
“ kenapa bilang begitu.. bukannya semua orang terlahir dengan kasih sayang..”
“ gua berbeda.. gua emang punya keluarga, tapi keluarga gua malah
ikut-ikutan jual gua demi menyambung hidup.. gua disuruh kerja dan gak
nyangka kerja gak bener..”
Angel menangis. Hendra memeluknya. Mereka saling bercerita tentang
kisah hidup masing-masing termasuk apa yang Hendra lakukan saat ini dan
tujuannya untuk bertemu ayah. Aku kembali membawa obat-obat yang bisa
membantu meringankan sakit Hendra, mungkin hanya sementara. Hendra ingin
melanjutkan perjalanan dengan kodisi yang lemah. Aku tidak bisa menolak
apa yang ia inginkan. Kami pun melanjutkan perjalanan setelah
beristirahat sejenak. Keuangan kami mulai menipis, Angel juga sudah
tidak punya uang lagi untuk membantu kami.
Setelah aku melihat apa yang terjadi, aku menyadari Angel tidak
seburuk yang aku bayangkan. Ia membantuku merawat Hendra yang mulai
semakin lemah karena obat yang aku beli tidak membantu sama sekali.
Karena malam itu kami lapar. Tanpa sengaja kami berhenti di supermarket
yang buka 24 jam. Angel dengan cerdik menawarkan kepada kami apa yang
hendak kami makan. Aku bingung, karena kami sudah tidak punya uang lagi
untuk membayar makan.
“ perhatiin gua ya dari dalam mobil..” kata Angel.
Ia turun sambil merapikan pakaiannya agar terlihar seksi. Masuk ke
dalam supermarket. Dua orang penjaga menyambutnya. Mereka berdua seperti
terpanah oleh keseksian Angel. Angel meminta satu orang untuk
membawanya mencari pembalut. Satu orang mengantarkannya, saat menemukan
pembalut, Angel sengaja menjatuhkan beberapa produk makanan yang
dibangun untuk menarik perhatian pengunjung, karena jatuh berantakan dua
penjaga itu jadi sibuk merapikan barang-barang itu, angel mengambil
kesempatan lengah itu untuk mengambil beberapa makanan dengan cepat dan
kembali ke mobil.
Aku dan Hendra hanya termenung saat melihat Angel kembali dengan makanan di tangannya.
“ kok bengong,. Buruan jalan keburu mereka datang..”
“ gila loe mencuri..?”
“ kagak Cuma ngutang..”
Kami semua tertawa dan dapat makan malam gratis dari apa yang Angel
lakukan dengan penuh trik dan keberanian. Malam itu pun kami tiba di
Surabaya dan saat itu berada di rumah yang kami pikir ada ayah. Ternyata
rumah itu kosong. Tidak ada seorang pun, aku takut Hendra kecewa
setelah menempuh perjalanan panjang ini tanpa melihat ayah.
“ bapak ga ada ya?” tanya Hendra padaku saat di mobil karena ia tidak turun.
“ bapak uda pindah.. maaf ya..”
Hendra terdiam, Angel disampingnya ikut prihatin.
“ gapapa kak, sebenarnya gua uda tau, gua gak akan pernah ketemu bapak.. “
“ maksudnya..?”
“ mungkin gua mau ketemu bapak tapi gua sadar kebahagiaan bukan
kerena harus ketemu bapak, melewati perjalanan sama kakak dan Angel, itu
uda bikin gua tau arti bahagia, kebersamaan dan sesuatu yang mustahil
gua lakui dipikiran gua dulu sekarang bisa gua lakukan..”
“ tapi kakak janji kita pasti akan ketemu bapak.. kakak cari tau lagi ya.. “
Hendra hanya tersenyum, kami tidak tau hendak kemana setelah itu.
Hendra ingin berhenti di toilet sambil kami mencoba mengisi bensin. Ia
mengambil uang reseh tersisa di mobil dan memintanya padaku untuk
menelepon ibu memberikan kabar, sebab hendphoneku tertinggal saat
peristiwa di hotel. Memang itu yang aku harapkan agar ibu tiriku tidak
khawatir karena kami baik-baik saja. setelah menelepon, Hendra pun pergi
ke toilet. Aku dan Angel menunggu, tapi ia tidak muncul-muncul dan saat
kami mengecek ke toilet. Aku mendobrak pintu dan menemukan Hendra
kembali pingsan. Kami panik dan langsung membawanya ke rumah sakit.
Hendra langsung dirawat dalam ruangan UGD. Dokter menyarankan untuk
melakukan operasi dan biayanya sangat mahal. Kami bingung, aku pun
berpikir menggadaikan mobil untuk meminjam uang di sekitar kota ini. aku
menyuruh Angel menjaga Hendra dan berkeliling kota mendapatkan sedikit
uang dari penggadaian mobil. Walau mobil ini sewaaan tapi aku berhasil
mendapatkan orang yang bersedia memberikan uang. Saat kembali, pihak
rumah sakit menerima uang itu dan menjalankan operasi tapi tetap
kekurangan uang. Aku bingung, Angel mendekat padaku.
“ kurang berapa Chan?”
“ 2 juta lagi.. kalau ga ada uangnya malam ini, abis operasi Hendra disuruh pulang.. “
“ kalau begitu gua coba cari pinjaman disini.. tunggu ya?”
“ emang loe bisa dapat mala mini juga..”
“ doain aja..”
Angel meminta izin untuk pergi sesaat dan berjanji untuk kembali, aku
tidak bisa berpikir apa-apa selain bagaimana menyelamatkan Hendra.
Angel tidak memiliki pilihan apapun karena ia tidak punya siapa-siapa di
kota ini, ia hanya punya dirinya untuk membantu biaya pengobatan
Hendra. Operasi berjalan tidak begitu baik, dokter tidak berbuat apa-apa
dengan kondisi Hendra yang sudah terlalu parah. Beberapa jam kemudian,
Angel kembali saat aku sedang menjaga Hendra yang tak sadarkan diri.
“ gue ada uang, bisa dipakai buat bantu Hendra tadi biaya rumah sakit uda gua lunasin..”
“ darimana loe dapat uang ini..” kataku.
“ loe gak perlu tau.. tapi setelah ini, gua mau pamit.. gua ada urusan. Titip salam gua buat Hendra kalau dia bangun..”
“ mau kemana? Kan loe bilang loe gak mau kembali ke keluarga..”
“ kemana pun gua pergi, gua sama kayak Hendra, uda ngerasain bahagia…
dan loe gak perlu tau gua kemana.. Yang pasti kalian ini orang-orang
berharga dalam hidup gua walau perjalanan kita singkat.“
Hendra terbangun. Ia sudah tak kuat lagi bicara. Nafasnya terhenga-henga. Aku mendekatinya.
“ Kak.. gua mau minta tolong..”
“ tolong apa Dra.. ngomong aja..”
“ jagaian ibu ya kalau gua kenapa-kenapa.. titip maaf gua.. “ katanya
dan aku menangis saat itu, merasa bahwa itulah pesan terakhirnya
untukku.
Angel mendekat merangkul tangan Hendra. Hendra mencoba tersenyum padanya. Walau itu berat.
“ Dra.. loe harus kuat.. jangan menyerah.. loe pasti bisa sembuh..”
“ Angel.. “ Hendra lalu menarik tanganku dan memberikan kepada tangan Angel.
“ kalian cocok.. harus selalu bersama. Janji??” kata Hendra dan aku melirik Angel.
Aku tidak tau apa yang terjadi karena Hendra tiba-tiba menjodohkan
aku dengan Angel. aku terdiam dan Hendra sekali lagi memintaku untuk
berjanji.
“ ia kakak janji.. akan selalu bersama sama Angel..”
Aku pun mengatakan janjiku untuk selalu bersama Angel. Angel pun
menangis dan mengatakan hal yang sama. Hendra tersenyum lalu memejamkan
mata setelah itu untuk selamanya. Ia meninggal dengan kebahagiaan. saat
aku mengurus surat-surat kematian Hendra. Polisi datang, menangkap Angel
dengan tuduhan melakukan pencurian di supermarket karena wajahnya
tertangkap di cctv. Ternyata ia mendapatkan uang untuk biaya rumah sakit
Hendra dengan melakukan pencurian di supermarket setelah ia melakukan
hal yang sama saat bersama kami. Tapi aku tidak bisa marah karena itu,
ia melakukan itu untuk membantu Hendra.
Aku sudah berjanji untuk bersama Angel. Aku akan menunggu sampai ia
keluar dari kasus hukum yang menimpanya. Hendra dimakamkan, dengan izin
kepolisian Angel ikut hadir dalam pemakaman. Setelah melewati semuanya
aku berpikir untuk menikah dengan Angel. Kepergian Hendra membuatku
mengerti arti kebahagiaan, walau aku harus bersedih kehilangannya.
Mencintai tidak harus melihat bagaimana dan dari mana orang yang kita
cintai berasal, selama ia telah menjadi orang yang baik dan mencintai
kita, seharusnya kita melakukan hal yang sama.
Ayahku tidak pernah lagi muncul bahkan saat pemakaman Hendra, aku
sudah tidak terlalu peduli. Aku mendengar ia sudah berkeluarga lagi dan
baru muncul dengan keluarga barunya saat ia hanya bisa menyesal
mengetahui adikku meninggal. Ayah memang sudah bangkrut dan hidup apa
adanya dengan sederhana, tidak seperti dulu yang mampu memberikan nafkah
padaku. Aku telah menjadi dewasa dan Tugasku adalah menjaga ibu tiri
yang sudah kuanggap ibuku sendiri dan melanjutkan hidup menjadi orang
baik dan lebih baik dari apapun melalui sejarah perjalanan yang aku
lalui.
Tidak ada kehidupan sempurna tanpa kehilangan seperti tidak ada kehilangan yang dapat membuat kehidupan sempurna.
Tamat
makasi buat cerita ini, setidaknya mmapu mengingatkan ku yg dlu pernah aq alami , , kehilangan orang yang teramat kita cintai, berat tapi hidup itu trus blanjut !!
ReplyDeletebuat sobat laen selalu tanamkan kasih sayang yg tak brujung dan jangan mnilai someone cm dari fisik karna karna fisik yang sempurna belum tentu mampu mcerna apa yg dinamakan kasih sayang tulus, so selalu berfikir positif dan jagalah orang yang kalian sayang dan kalian cintai sebelum semuanya pergi .